Minggu, 05 Juni 2011

PR KONVENSIONAL VS PR 2.0

Istilah public relation atau yang lebih dikenal dengan humas (hubungan masyarakat) tentu sudah tidak asing dikalangan masyarakat pada umunya, apalagi para pengusaha bisnis. William F. Arens (1999:310) mendefinisikan Public Relations sebagai sebuah fungsi manajemen yang memfokuskan diri pada membangun/mengembangkan relasi serta komunikasi yang dilakukan individual maupun organisasi terhadap publik guna menciptakan hubungan yang saling menguntungkan. Public relation mempunyai peranan yang sangat penting bagi berlangsungnya organisasi, baik organisasi profit ataupun nonprofit seperti yayasan, lsm dan sebagainya.
Praktisi public relation di era yang semakin modern kini makin dibutuhkan, apalagi suatu perusahaan. Dengan semakin majunya teknologi dan perkembangan zaman pada masa sekarang mengakibatkan proses berfikir yang lebih kritis pada tiap-tiap individu dari manusia. Hal ini dapat menimbulkan suatu pertentangan dan perdebatan yang mengakibatkan suatu organisasi mengalami masa krisis. Disinilah peran PR sangat dibutuhkan.

 
Dalam menyelesaikan krisis yang terjadi para suatu organisasi, seorang praktisi public relation menjalin hubungan dengan berbagai pihak. Hal ini sesuai dengan peran PR sebagai pemberi penjelasan, sebagai fasilitator komunikasi, dan sebagai fasilitator pemecah masalah. Selain untuk pemecah masalah, public relation sangat dibutuhkan suatu perusahaan untuk membentuk citra yang baik untuk mendapatkan kepercayaan baik dari internal ataupun eksternal. Dari sini, tak dapat dipungkiri bahwa fungsi dan peranan dari public relations dianggap sebagai ujung tombak kesuksesan individu ataupun perusahaan yang berhubungan langsung dengan publik.
Media relation dipilih oleh seorang praktisi public relations sebagai sarana untuk menyalurkan tujuannya. Tak jarang seorang praktisi PR dalam menyampaikan suatu informasi kepada public bekerja sama dengan para jurnalis agar dipublikasikan di Koran ataupun majalah. Selain itu, praktisi PR juga memanfaatkan media elektronik layaknya televisi, dan radio untuk mempublikasikan konferensi pers yang diadakan.
Namun dengan semakin berkembangnya teknologi di era globalisasi ini, telah ditemukan media yang lebih praktis dalam berkomunikasi yang menawarkan kemudahan akan kesulitan dalam melakukan aktivitas pekerjaan, media ini yakni internet. Dengan ditemukannya internet, praktisi PR tidak mau ketinggalan untuk memanfaatkan tawaran yang diberikannya. Mereka memanfaatkan media internet untuk menyampaikan informasi dan tujuannya layaknya memanfaatkan beberapa media seperti Koran dan majalah. Model public relations seperti ini biasa disebut PR 2.0 atau e-PR atau cyber PR. Untuk lebih memahami perbedaan antara e-Public Relations dan Public Relations konvensional, dalam tulisan ini akan dijabarkan satu-persatu:

Apa yang dimaksud public relations konvensional?
Frank Jefkins mengatakan public relations adalah sesuatu yang merangkum keseluruhan komunikasi yang terencana, baik keluar ataupun kedalam antara suatu organisasi dengan semua khalayaknya dalam rangka mencapai tujuan-tujuan yang spesifik yang berlandaskan pada saling pengertian. Dari pengertian tersebut, praktisi PR memiliki kaitan yang erat dengan opini public. Seorang praktisi PR dituntut untuk berusaha mempengaruhi public agar memberiakan opini positif terhadap organisasi atau perusahaan dan juga berupaya untuk mencari informasi dan melaporkannya apabila opini diangap bisa membuat buruk citra perusahaan.
Selain itu juga, PR memiliki kaitan yang erat dengan komunikasi. Seorang praktisi PR berusaha menjelaskan tindakan yang akan dilakukan terhadap public. PR menjadi saluran atau yang menjembatani antara perusahaan dan publicnya baik internal ataupun eksternal.
PR juga dapat dikatakan sebagai fungsi manajemen. Dalam melakukan kegiatannya, PR selalu merencanakannya dengan matang sehingga tidak terjadi kesalahan dalam mengambil suatu tindakan atau keputusan. PR membantu bagian manajeman dalam menetapkan tujuan yang hendak dicapai dan memberikan saran kepada bagian manajemen.
Dalam menjalankan perannya, seorang praktisi public relations tidak langsung mengambil suatu keputusan tanpa pemikiran yang panjang. Ada beberapa tahapan yang dilakukan praktisi PR dalam melaksanakan fungsinya sehingga komunikasi yang dilakukan dapat efektif menurut Cutlip-Center-Broom, yakni: (a). menentukan masalah (defining the problem), ini merupakan langkah pertama yang harus lakukan. Intinya, kegiatan ini merupakan kegiatan intelejen untuk mengumpulkan informasi dari berbagai khalayak sehingga dapat diketahui langkah selanjutnya yang akan diambil. (b). perencanaan dan penyusunan program (planning and programing). Ini merupakan kelanjutan dari langkah pertama yang berusaha untuk mencari titik temu dari masalah berdasarkan hasil survey yang telah dilakukan sebelumnya. (c). melakukan tindakan atau berkomunikasi (taking action and communicating). Langkah ini merupakan langkah pempublikasian terhadap keputusan yang telah diambil sebelumnya kepada khalayak baik melalui media massa ataupun secara tatap muka. Sedangkan langkah terakhir adalah evaluasi program (evaluating the program). Langkah ini penting untuk dilakukan karena ini yang menentukan apakah tetap berlangsung atau dihentikan.
Para praktisi PR berhubungan dengan public baik internal maupun eksternal dalam menjalankan perannya. Public relation dalam ruang lingkup internal dapat diartikan sebagai komunikasi antara atasan terhadap bawahan. Dalam melakukan komunikasi tak jarang ditemui adanya hambatan. Disini, peran PR diperlukan, PR dapat dijadikan penjembatan antara atasan dan bawahan. Praktisi PR dapat melakukan komunikasinya bisa dilakukan dengan cara persuasive ataupun informative. PR biasanya melakukannya dengan tulisan, lisan atupun conseling. PR menulis sebuah bulletin yang disebarkan dilingkungan perusahaan.
Berbeda dengan pengertian internal public relation, public eksternal public relations adalah segala sesuatu yang berada diluar lingkungan organisasi ataupun perusahaan. Dalam menyampaikan informasinya, praktisi PR memanfaatkan media untuk mempublikasikan ke khalayak yang ditujunya. Misalkan melalui press release yang dipublikasikannya di koran ataupun melalui press conference yang disiarkan di televisi ataupun radio.
Inilah cara konvensional PR dalam mempublikasikan tujuannya yakni dengan menggunkan media massa, layaknya tv, radio, majalah ataupun koran.

Pengertian Public Relation 2.0
Internet merupakan salah satu media yang dipilih PR untuk mendukung perannya dalam membuat brand sebuah organisasi ataupun menginformasikan sesuatu kepada khalayak umum. Kegiatan kehumasan semacam ini dapat disebut sebagai PR 2.0 atau lebih dikenal dengan e-PR. Jadi segala bentuk kegiatan kehumasan mulai dari publikasi ataupun melakukan customer relation management dapat dilakukannya.
Dalam buku cyber public relations, kata e-PR berangkat dari huruf “e” artinya elektronik. Maksudnya media ini merupakan salah satu bentuk media elektronik. Media internet menawarkan banyak kemudahan dan bersifat multifungsi. Maka dari itu, para praktisi pr memanfaatkannya untuk membangun brand dan menciptakan suatu kepercayaan. “P” diartikan sebagai public dari e-Pr ini yakni pasar konsumen. media internet diharapkan dapat menjangkau pasar yang lebih luas dan cepat. Sedangkan “R” adalah hubungan yang dibangun bersifat one to one dapat terjaga dengan baik dan cepat.
Bentuk kegiatan kehumasan yang dapat dilakukan dengan menggunakan media ini diantaranya adalah publikasi dan menciptakan berita(media relations). Dalam kegiatan publikasi, seorang praktisi PR biasanya menempuh jalan mailing list sesuai dengan khalayak yang dituju, dengan menggunakan e-newsletter dan juga e-zine koorporat mandiri. Sedangkan maksud dari menciptakan berita, PR memanfaatkan media internet untuk menjalin hubungan baik dengan wartawan. Apabila praktisi PR ingin segera mempublikasikan press release yang dituliskan, maka PR dapat mengirimnya melalui e-mail tanpa harus memakan waktu banyak untuk menemui wartawan.

Kelebihan dan kekurangan PR 2.0 dibandingakan dengan PR konvensional
Berdasarkan keterangan diatas, tentu PR 2.0 mempunyai kelebiham dibangdingkan dengan kerja PR konventional. Akan tetapi PR konventional tidak sepatutnya ditinggalkan. Karena keberadaan dari PR 2.0 adalah bentuk pelengkap dari PR konventional. Beberapa keunggulan dari PR 2.0 adalah audiens yang didapatkan lebih luas, dan informasi yang disampaiakan juga lebih cepat diterima serta memakan biaya yang lebih sedikit dibandingkan dengan pr konvensional. Dengan media internet, feedback dari public juga dapat diketahui secara langsung dan dapat diketahui secara langsung pula keinginan dari public.
Namun tak dapat dipungkiri, segala sesuatu pasti mempunyai kekurangan. Diantara bentuk kekerungan dari e-PR adalah tak semua orang dapat mengerti tentang teknologi internet. Tak aneh jika istilah e-PR dikatakan masih belum dijangkau semua masyarakat. Selain itu, adanya hacking yang merupakan kejahatan dalam dunia internet juga dapat mengancam reputasi dari perusahaan.
Dari paparan diatas, inti dari pekerjaan PR konventional dan PR 2.0 adalah sama yakni menciptakan cirta yang baik dan membentuk opini public sehingga tercipta suatu kepercayaan antara perusahaan dan khalayak. Yang menbedakan keduanya adalah media yang digunakan. Antara PR konvensional dan PR 2.0 tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. PR konventional akan lebih efektif jika didukung oleh PR 2.0. terutama dalam menangani sebuah krisis. Karena suatu perusahaan akan tertinggal jika belum dapat memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada pada era modern seperti sekarang.

1 komentar:

  1. Knp disebut PR 2.0? dalam analogi teknologi web saat disebut era web 2 artinya ada imbal balik antara si pembaca/pengunjung web dg si pembuat web, teknologi inilah yg disebut web 2 yg populer melalui blog, nah kalau PR 2 apakah juga ada unsur interaksi antara pembaca dan PR?

    BalasHapus